Home Blog Detail
Sembilan Cara Menjadi Orang Tua Berkualitas di Masa New Normal Tantangan global yang ditandai dengan berlangsungnya revolusi digital dalam dunia pendidikan berupa penggunaan gadget, internet maupun alat-alat teknologi lainnya tetap terjadi bahkan ada atau tidak pandemi covid-19.
Oleh karena itu, konten kurikulum, pendekatan, startegi pembelajaran perlu disesuaikan dengan sarana yang digunakan pada saat pandemi. Gagasan ini dipaparkan Dr. Bruder G. Bambang Nugroho FIC saat Webinar Parenting bertema Pendidikan dan Pola Mendampingi Belajar di Rumah Pada Masa New Normal, Menjadi Orang Tua Berkualitas di Masa New Normal yang diselenggarakan oleh SD Katolik Santo Aloysius Surabaya pada Rabu, 10 Maret 2021. Dijelaskan, konteks pendidikan secara global ditandai dengan terjadinya inovasi yang akan menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru dan pergantian teknologi yang serba fisik menjadi teknologi digital yang lebih efektif dan efesien.
“Orang tua sekarang mau terlibat dalam pendidikan anaknya, keadaan yang baik seperti ini. Nantinya orang tua dapat melihat perkembangan anak yang ditulis sekolah maupun menerima rapor secara online tanpa datang ke sekolah bahkan apabila pandemi telah selesaipun bisa saja pembelajaran dilaksanakan di rumah secara online karena memang sudah memasuki era digital”, kata Bruder Bambang FIC, ditambahkan, pada masa new normal anak diajak beradaptasi dengan situasi setelah pandemi. “Situasi pada masa pembatasan sosial berskala besar membawa dampak yang besar, tidak sekadar bosan tetapi berpengaruh terhadap kestabilan psikologis individu.
Para ahli menyebut keadaan ini sebagai cabin fever yaitu sindrom emosi yang timbul atau perasaan sedih yang muncul akibat terlalu lama di dalam rumah atau terputus dari dunia luar. Gejalanya, antara lain gelisah, sedih, depresi, motivasi menurun, mudah tersinggung dan putus asa, sulit konsentrasi, pola tidur tidak teratur,atau bahkan sampai pada agresif. Mengapa demikian, anak terputus dari dunia dan sesamanya, pada hakikatnya seseorang akan berenergi ketika berinteraksi dengan orang lain, berjumpa menjadi energi positif. Oleh karena itu sangat penting adanya penguatan mental anak”, jelas Bruder Bambang FIC. Ditambahkan, kondisi batin anak dalam keadaan tenteram dan tenang memungkinkan untuk proses belajar dengan baik. Apa tantangan belajar di rumah saat ini ? Selain belum terbiasa belajar secara daring, kendala akses internet dan listrik, maupun minimnya fasilitas misalnya gadget atau laptop juga jaringan internet dan kuota yang terbatas, ada juga masalah lingkungan kurang kondusif dan tidak ada semangat dari peserta didik serta kemampuan maupun orang tua dala mendampingi anak berbeda-beda.
Lalu bagaimana pola pendampingan belajar anak di rumah ? Secara umum, anak disadarkan akan realitas situasi dan kondisi yang sedang dihadapi, hindari berita yang menambah kepanikan, berikan afirmasi positif yang mebawa harapan dan penguatan. Diingatkan oleh Bruder Bambang, memberikan afirmasi positif misalnya dengan menyatakan tenang saja karena pandemi ini tidak akan lama lagi selesai dapat meningkatkan imun tubuh anak, bisa juga membawa dunia luar ke dalam rumah dengan cara mengajari anak menanam tanaman dalam pot, mencuci kendaraan bersama papa atau mencuci piring dengan mama, selain ada komunikasi yang hangat dalam keluarga hal ini dapat menjadi kesempatan untuk membentuk karakter yang baik, ajak anak juga untuk mengekspresikan kreatifias dan menyalurkan bakatnya seperti melukis, menyanyi, memasak dan sebagainya dan mengupayakan beraktifitas bergerak misalnya berolahraga. Ada sembilan pola mendamping belajar anak dirumah. Pertama, tumbuhkan suasana yang aman dan nyaman di rumah. Kedua, ciptakan suasana positif yang mendukung proses belajar. Ketiga, cobalah untuk memberlakukan proses belajar mengajar di rumah dengan disiplin. Keempat, waktu belajar di rumah tidak harus sama dengan waktu belajar di sekolah. Kelima, mengusahakan agar orang tua tidak stress. Keenam, orang tua juga harus bisa menyiapkan bahan-bahan bacaan di luar materi yang diajarkan secara daring atau ditugaskan oleh sekolah. Ketujuh, orang tua harus melibatkan anak dengan berbagai aktivitas di rumah. Kedelapan, ajak anak untuk melalukan berbagai permainan edukatif di rumah pada waktu istirahat belajar. Kesembilan, menciptakan lingkungan online sebagai komunitas yang kondusif.
“Saat belajar damping anak dengan senyum, orang tua juga bisa berselancar menyediakan buku-buku maupun bacaan dari internet untuk menambah wawasan anak, menyediakan kuota internet yang cukup sehingga dapat belajar dengan baik”. Diakhir webinar, Bruder Bambang menyampaikan, ada lima poin penting sebagai kesimpulan dalam mendampingi anak belajar di rumah yaitu menjaga kondisi rumah tangga yang baik, ada komunikasi, melalui komunikasi kesulitan anak terakomodir, koneksi bukan hanya soal kelancaran koneksi jaringan internet tetapi juga ada koneksi antara anak, orang tua dan guru, kemudian ada situasi yang konstruktif dengan saling memahami dan membangun baik antara anak, orang tua maupun dengan guru, dan terpenting dalam keadaan seperti saat ini setiap hari tetap produktif.
Reporter : Antonius Juventus. F